Berubah Karena Merasa Menunggu Mati

Seorang pria setengah baya mendatangi salah satu dokter langganannya, “Dokter, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati.” Sang Dokter pun tersenyum, “Oh, kamu sakit.” “Tidak Dokter, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati.”

Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Dokter meneruskan, “Kamu sakit. Dan penyakitmu itu sebutannya, ‘Alergi Hidup’. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan.” Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. “Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku.” demikian ujar sang Dokter.

“Tidak Dokter, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup.” pria itu menolak tawaran sang Dokter.

“Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?”

“Ya, memang saya sudah bosan hidup.”

Setelah berpikir sejenak sang dokter masuk ke ruang pribadinya, kemudian keluar dengan membawa 3 botol berisi cairan khusus. Ambillah 3 buah botol ini. Diminum setiap hari satu botol mulai sore ini. 3 hari lagi kamu akan mati dengan sangat tenang.”

Giliran dia menjadi bingung. Dokter lain yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Yang satu ini aneh. Ia bahkan menawarinya racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati karena keinginanya untuk mati sudah bulat.

Pulanglah ia ke rumah. Ia langsung menghabiskan 2 botol yang disebut “racun” oleh dokter tersebut. Dan, ia merasakan ketenangan sebagaimana ia tidak pernah rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai. Tinggal 3 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah “pikirnya dalam hati”.

Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran dengan nuansa romantis. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasana penuh kekeluargaan.

Sebelum tidur, ia mencium kening istrinya dan membisiki di kupingnya, “Sayang, aku mencintaimu.” Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis.

Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Pulang ke rumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk ke dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sang istripun merasa aneh sekali, “Mas, apa yang terjadi hari ini? Selama ini, mungkin aku salah. Maafkan aku, mas.”

Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, “Hari ini, Bos kita kok aneh ya?” Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.

Pulang ke rumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, “Mas, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu.” Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, “Ayah, maafkan kami semua. Selama ini, ayah selalu stres karena perilaku kami semua.” Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah.

Ia ingin membatalkan niatnya untuk bunuh diri. Tapi bagaimana dengan 2 botol racun yang sudah ia minum, sore sebelumnya? ” Ya Tuhan, apakah maut akan datang kepadaku. Tundalah kematian itu ya Tuhan. Aku takut sekali jika aku harus meninggalkan dunia ini.”

Ia pun buru-buru mendatangi sang dokter yang telah memberi 3 botol racun kepadanya. Sesampainya di rumah sang dokter tersebut, pria itu langsung mengatakan bahwa ia akan membatalkan kematiannya. Karena ia takut sekali jika ia harus kembali kehilangan semua hal yang telah membuat dia menjadi hidup kembali.

Melihat wajah pria itu, rupanya sang Dokter langsung mengetahui apa yang telah terjadi, sang Dokter pun berkata “Buang saja sisa 1 botol racun itu. Isinya hanya air putih biasa. Kau sudah sembuh, Apa bila kita hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemput kita kapan saja, dan dimana saja, maka kita akan menikmati setiap detik kehidupan kita. “Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu.”

“Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan pernah jenuh, tidak akan pernah bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan.”

Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami sang dokter, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya.

Semoga bermanfaat
Comments
0 Comments